Senin, 30 Agustus 2010

Sejarah Habib Husein Al-Idrus Luar Batang


Sebagai kota besar, wajar jika Jakarta tak bisa lepas dari kesan sebagai gudang 
tempat maksiat dan negatif. Tapi bukan berarti yang baik tak ada di kota 
metropolitan itu. Maka tak salah jika ada yang mengatakan, di Jakarta segalanya 
ada, mulai dari yang paling jelek hingga yang terbaik, tempat mencerburkan diri 
dalam kubangan dosa sekaligus menimba pahala. 
 
Kawasan tua bernama "Kota" contohnya. Jika malam hari tiba, lampu-lampu tempat 
maksiat semarak, seakan saling berlomba menggaet siapa saja yang lewat. Tapi 
siapa sangka tak jauh dari sana terdapat makam seorang waliyullah, tepatnya di 
daerah bernama Luar Batang. Keberadaan Luar batang sendiri menyimpan satu kisah 
gaib. Satu kawasan ibukota sebelah utara, di pesisir pantai itu, konon dulunya 
merupakan satu pulau kecil, merupakan penjelmaan dari hanya sebatang pohon yang 
berdiri di atas gunung Batang.
 
Kisah ajaib itu terkait dengan peran seorang wali agung yang datang dari 
Hadramaut Yaman. Husein namanya. Nama lengkapnya Habib Husein bin Abi Bakr 
al-Idrus. Menurut catatan sejarah, beliau datang ke Jakarta (Batavia) pada 1746.
Alkisah, suatu ketika seorang opsir Belanda lewat di depan Habib Husein. Tanpa 
dinyana, Habib memanggil orang itu lalu menepuk pundak perwira itu, dan 
berkata, "Anda harus kembali ke negeri Anda. Anda akan menjadi orang besar."
Perwira itu hanya bisa tertegun. Tetapi lantaran cerita karamah Habib Husein 
sudah masyhur di kalangan masyarakat Betawi, perwira itu pun menuruti sarannya. 
Dan betul saja, tak lama kemudian terdengar kabar bahwa ia telah diangkat 
menjadi seorang gubernur.
 
Maka, sebagai ungkapan rasa terima kasih, sang gubernur baru itu datang lagi ke 
Batavia hanya untuk bertemu dengan Habib Husein, guna memberikan hadiah khusus, 
yang bentuk dan jenisnya terserah Habib. Tetapi sesampai di sana, ternyata 
Habib menolak segala pemberian itu.
 
Akhirnya, karena didesak terus, Habib memilih satu kawasan tempat tinggal 
sebagai pusat dakwah, yang tak lain adalah Luar Batang (Konon, dulunya kawasan 
yang dimiliki Habib itu seluas 30 hektar, tetapi kemudian dibagi-bagikan kepada 
warga sekitar).
 
Sejak itu, Luar Batang menjadi salah satu basis Islam di bumi Jayakarta. Lewat 
pesantren yang didirikan, Islam dapat menyebar ke seantero Betawi. Di Luar 
Batang pula Habib menghabiskan sisa hidupnya, hingga wafat. Kini, Luar Batang 
menjadi kawasan padat penduduk. Bahkan karena dekat pantai, kawasan itu 
terkesan kumuh. Tetapi toh tempat itu tak pernah sepi oleh pengunjung. Selain 
Museum Bahari, di sana terdapat makam Habib Husein yang menjadi tujuan banyak 
peziarah.
 
Tidak sedikit para peziarah yang 'bermukim' di sana hingga berbulan-bulan, demi 
ngalap barokah sang Habib (Bahkan tak jarang yang datang dari luar Jawa dan 
mancanegara, seperti Timur Tengah, Eropa dan Afrika). Makam yang tak pernah 
sepi itu kian ramai jika malam Jumat tiba. Begitu juga pada peringatan Maulid 
Nabi dan haul wafat beliau (karena wafat pada bulan Ramadan, peringatan haulnya 
diadakan pada bulan Syawal). Hingga kini, sebagian besar rombongan Walisongo 
yang datang dari arah timur menjadikan makam Habib sebagai 'bonus' setelah 
berziarah ke wali kesembilan yakni makam Sunan Gunung Jati Cirebon. 
 
Dari Luar Batang, umumnya mereka melanjutkan perjalanan ke Banten, ziarah ke 
makam Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati, dan makam waliyullah Syekh 
Nawawi. Kalau kemudian makam Habib Husein menjadi satu tujuan para peziarah, 
itu tak lain karena keagungan Habib Husein, baik budi pekerti maupun ilmu 
pengetahuan agama. Beliau adalah da'i besar di kawasan Batavia abad ke-18 
hingga Islam tersebar luas di sana.
 
Seorang ilmuwan Belanda Dr Karel Steenbrik dalam tulisannya mengatakan bahwa 
beliau adalah salah satu ulama keturunan Hadramaut yang sangat disegani pada 
saat itu. Generasi pendakwah asal Hadramaut berikutnya antara lain Habib Utsman 
(Mufti Batavia akhir abad ke-19), Habib Abdurrahman al-Misri, Habib Ali bin 
Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang), Habib Salim bin Abdullah Sumair, Habib Salim 
bin Jindan, Habib Umar al-Attas dan lainnya.
 
Untuk menuju ke makam Habib Husein tidaklah sulit. Dari arah Ancol atau Glodok 
Kota, Anda tinggal mencari arah Pasar Ikan atau Museum Bahari di kawasan utara 
Kota. Kalau menggunakan angkutan umum, dari stasiun atau terminal Kota Anda 
dapat menumpang taksi, bajaj atau ojek. Yang menarik, juga tersedia sepeda 
onthel dengan sadel belakang yang sudah modified hingga dijamin empuk seperti 
sepeda motor. [washiel hifdzy]

1 komentar: