Senin, 30 Agustus 2010

Sejarah Danau Buatan

Taman Situ Lembang adalah salah satu ruang terbuka hijau di Jakarta. Taman seluas sekitar 11.150 meter persegi itu terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Danau buatan di tengah taman itu, yang airnya berasal dari mata air, menjadi obyek wisata menarik.
Taman itu dibangun satu paket dengan pembangunan rumah-rumah di kawasan Menteng pada 1918. Arsiteknya Ir FJ Kubatz. Kubatz adalah seorang karyawan Gemeente Batavia atau pemerintahan kota zaman kolonial Belanda. la melanjutkan proyek rancangan arsitek pertama, Moojen, yang tertunda pada tahun 1911.
Di bulan Ramadan ini, Taman Situ Lembang menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk menanti azan Magrib atau ngabuburit. Pohon-pohon yang menjulang tinggi membuat teduh areal taman. Karena letaknya tepat di jantung Ibu Kota, taman ini mudah diakses, terutama dari beberapa ruas jalan protokol seperti Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan MH Thamrin.
Beberapa pengunjung mengaku bersantai di Taman Situ Lembang sudah menjadi kegiatan rutin di bulan Ramadan. "Kami lumayan sering ke sini, seminggu bisa dua kali. Ngabuburit di sini gratis. Ya, daripada ke mal yang membuat kita pasti keluar duit...," kata Budi (19) yang ditemani Tomi (20), mahasisiwa perguruan tinggi swasta di Jakarta, yang tengah berteduh di bawah pohon beringin. Kedua sahabat ini bisa menghabiskan waktu sampai dua jam untuk bercengkerama dengan teman-teman mereka.
Alasan yang sama disampaikan Nana (26) dan Vini (24) yang tengah duduk di bangku semen di pinggiran danau. "Gratis sih di sini. Sering juga sih saya ke mal, tapi kalau di sini kan udaranya lebih sejuk dan segar," ujar kedua pegawai kantoran di kawasan Sarinah ini
Tak hanya mereka yang ingin menikmati keindahan taman dan danau yang datang ke sini. Banyak juga yang memanfaatkan Situ Lembang untuk memancing ikan. Salah seorang di antara pemancing adalah Cahyadi (70). Kakek dua cucu itu rela mengayuh sepeda dari rumahnya di rumah susun Tanahabang, Jakarta Pusat, untuk mengail ikan di Situ Lembang.
"Saya sudah enggak punya kegiatan apa-apa selain nanem tanaman obat. Jadi, sambil nunggu waktu buka saya mancing di sini," tutur kakek yang tinggal seatap dengan anak dan cucu-cucunya ini.
la membawa tiga joran dan membelanjakan uang Rp 20.000 untuk bahan-bahan membuat umpan pancing. Bahan-bahan itu terdiri atas campuran pelet burung, telur bebek, dan ikan sardin. Ia mengaku sudah datang pukul 10.00 dan baru akan pulang pukul 17.00. Dalam waktu kurang dari satu jam dia sudah sampai di rumah dan siap berbuka puasa.
Andri (32), ayah dua anak yang tinggal di kawasan sekitar Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan, membawa dua joran untuk memancing di danau. Berbeda dengan Cahyadi, dia memilih menggunakan cacing tanah sebagai umpan.
Cahyadi clan Andri sama-sama mengaku hasil memancingnya tidak menentu. Bahkan, mereka kadang tak mendapat ikan sama sekali meski sudah berjam jam di sana. Mereka juga mengungkapkan, ikan yang didapat dari danau Taman Situ Lembang tak pernah dikonsumsi, melainkan dijadikan koleksi peliharaannya di akuarium di rumah.
Di bibir danau Taman Situ Lembang ada 18 selasar yang khusus dibuat sebagai tempat duduk para pemancing. Ikan-ikan yang ada di danau itu cukup banyak jenisnya, seperti ikan bawal, emas, patin, dan mujair
Para pengunjung dan pemancing di Taman Situ Lembang tak pernah khawatir jika ingin berbuka puasa. Sebab, terdapat banyak pedagang makanan di sana, seperti pedagang tahu gejrot, bakwan Malang, bakso, dan nasi goreng.
Para pedagang itu rata-rata menggelar jualannya sejak siang dan akan berkemas atau pindah ke Taman Suropati pada malam harinya, karena pada pukul 20.00 Taman Situ Lembang sudah ditutup. (Warta Kota/cr2)
sumber : kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar