Selasa, 24 Agustus 2010

Keajaiban Keajaiban Semut

Rate This
Quantcast
Terkait hal ini, Allah Swt berfirman sebagai berikut: “Dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Ketika mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, tanpa mereka menyadari.’ Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, ‘Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai. Masukkanlah aku dengan rahmat Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh,” (QS Al-Nami [27]: 17-19). Disebut dengan sarang semut, karena sebagian besar yang ada pada
lembah tersebut adalah semut. Seperti ungkapan orang Arab, “Lembah si
Fulan,” berarti bahwa sebagian besar orang yang ada di lembah tersebut
anak keturunan Fulan. Ditambahkannya ‘ala (di) bisa jadi karena
kedatangan Nabi Sulaiman dan pasukannya dari atas atau melintasi lembah
dan sampai selesai. Beberapa penafsiran menyebutkan tempat lembah
tersebut. Ada yang mengatakan lembah tersebut berada di Syam karena
lembahnya yang banyak ditemui semut.
Sementara menurut Ka’ab, lembah tersebut ada di Thaif. Ada juga yang
mengatakan berada di Yaman. Tapi semua itu tidak terlalu penting,
karena yang menjadi fokus perhatian adalah kata, bukan tempat. Disebut
namlah karena semut itu memiliki sifat terkenal bersih, juga karena
sifatnya yang banyak bergerak dan jarang diam.1
Kata naml diacu pada binatang yang berkembang menjadi jenis
serangga. Jenisnya mencapai 9.000. Ukuran semut beragam. Ada semut
kecil yang hampir tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Ada juga
yang berukuran besar. Di samping itu, warna dan bentuknya pun beragam
seperti perbedaan dalam ukuran. Kerajaan semut terdiri dari:
1. Ratu semut, yaitu semut betina yang subur (tidak mandul). Fungsinya mengeluarkan telur dan mengatur ketentuan kerajaan.
2. Pekerja, yaitu semut-semut betina yang mandul. Tugasnya melakukan
semua pekerjaan di kerajaan semut dengan membagikan makan sesuai
ketentuan.
3. Pasukan, yaitu semut-semut jantan yang menjadi pasukan kerajaan.
4. Pejantan, yaitu semut jantan yang subur (tidak mandul). Satu-satunya fungsi semut ini adalah untuk mengawini ratu semut.
Frasa masakinikum, berarti ‘ desamu’, ‘kotamu’, ‘kehidupanmu’,
‘kekuasaanmu’, atau ‘kerajaanmu’. Klausa la yahthimannakum berarti ‘dia
tidak memecahkanmu’, ‘tidak menghancurkanmu’, atau ‘tidak membunuhmu’.
Kata hathm berarti ‘memecahkan sesuatu yang keras’. Hathmah juga
merupakan nama api neraka, karena ia menghancurkan apa yang
menyentuhnya. Hitham juga berarti ‘benda kering yang pecah’. Semut
penjaga melarang kawanan semut yang lain untuk keluar atau berhenti di
depan Nabi Sulaiman dan pasukannya.
Klausa wa hum la yasy’urun berarti ‘mereka tidak mengerti dengan
tempat kalian’. Dengan kata lain, seandainya mereka tahu, niscaya
mereka tidak melakukannya. ia berkata kepadamu atas dasar
ketidakmampuan. Nabi Sulaiman dan pasukannya dideskripsikan dengan
sifat adil. ini tanda ajaran agama, keadilan, kasih sayang, dan
sifatnya yang benar.
Sisi Ilmiah Kata-Kata Pada Ayat
Qalat namlah menjadi bentuk negosiasi di antara semut. Apakah semut
tersebut jantan atau betina? Dia dikenal dengan nama apa? Diriwayatkan
bahwa Qatadah menuju Kufah. Lalu, ia menemui sekelompok orang dan
berkata, “Bertanyalah tentang sesuatu.” Pada saat itu, Abu Hanifah ada
dan masih muda. Dia diminta bertanya, “Tanyakan kepadanya tentang semut
Nabi Sulaiman. Apakah jantan atau betina?” Qatadah tidak mampu
menjawabnya. Lalu, Abu Hanifah berkata, “Semut itu betina.” Ada yang
bertanya lagi, “Alasan kamu apa?” ia menjawab, “Karena Alquran menyebut
qalat namlah. Seandainya jantan, niscaya redaksinya qala namlah. Karena
kata namlah bisa berarti mudzakkar (jantan; maskulin) dan muannats
(betina; feminin). Oleh karena itu, ia diberikan tanda perbedaan. Orang
Arab menyebut hamamah dzakar (semut jantan) dan hamamah untsa (semut
betina).”3
Ada yang mengatakan bahwa namanya thakhiah dan harmia. Sampai kini
tidak dimengerti mengapa semut diberi nama. Padahal di antara mereka
tidak ada yang saling memberi nama. Begitu juga manusia tidak mungkin
memberikan nama pada salah satu semut itu. Karena, manusia tidak bisa
membedakan satu dengan yang lainnya. Jika ia betina, apakah itu yang
menjadi ratu semut ataukah semut pekerja.2
Berbagai pertanyaan terus muncul seputar itu dan tiada akhir. Oleh
karena itu, lebih baik kita tidak fokus ke sana. Adapun yang dimaksud
dengan kata namlah pada ayat tersebut adalah ratu semut.
Pendapat tersebut didasarkan pada alasan berikut ini:
1. Huruf ta pada kata qalat menjadi penanda feminim (muannats) yang
berarti satu ekor, yang bisa jadi ratu semut atau semut pekerja. Bisa
juga berarti itu perintah ratu yang diucapkan oleh semut pekerja
ditujukan kepada semua semut sebelum habisnya waktu. Indikasi feminin
lebih dominan ditujukan kepada ratu semut dibanding semut pekerja,
karena ratu semut adalah semut yang subur, sementara semut pekerja
adalah semut mandul.
2. Ratu semut adalah induk semua semut. Tak heran bila status
keibuannya disegani oleh anaknya dibanding semut yang lain. Itu sangat
jelas dari redaksi ayat.
3. Semut ratu adalah semut yang memerintah dan melarang (penentu
kebijakan) dalam status kerajaan semut. Kekuasaan ini tidak dimiiki
oleh semut lain. Dengan kata lain, ia memiliki kemuliaan, posisi
manajerial, dan disegani.
4. Konteks dalam redaksi surah Al-Naml adalah kondisi kerajaan. Karena
itu, konteksnya tentang kerajaan yang diwakili Nabi Sulaiman a.s. juga
tentang kerajaan Ratu Saba yang diwakili oleh Ratu Saba. Lalu,
bagaimana mungkin ihwal kerajaan semut tidak berasal dari ratu semut.
Dengan begitu, pembicaraan tersebut memang berada pada posisi tertinggi
terkait struktur kerajaan.
5. Segera muncul pertanyaan karena ratu semut selalu berada di dalam
sarang, tidak pernah keluar. Lalu, bagaimana ia bisa mengetahui kalau
Nabi Sulaiman dan pasukarinya tiba di lembah. Apakah ratu semut
melihatnya? Padahal seperti diketahui, penglihatan semut secara umum
lemah, bahkan banyak di antaranya yang tidak bisa melihat. Namun, ia
bisa merasa melalui berbagai perangkat perasa yang dibekali oleh Allah.
Perangkat yang paling penting adalah tanduk perasa (antena).3 Dengan
tanduk tersebut, semut bisa menemukan berbagal lubang dan bangkai. Di
samping itu, semut bisa merasakan adanya udara, kehangatan, kelembaban,
udara kencang, dari suara gemuruh. Bisa jadi, tanduk inilah yang
dipergunakan oleh ratu semut, sehingga ia merasakan Nabi Sulaiman dan
pasukannya sebelum kedatangan mereka yang mengeluarkan suara gemuruh.
Lalu, ía memberikan perintah kepada rakyatnya. Semua itu seperti biasa
ia mandatkan kepada pembantunya.
6. Dalam hadis disebutkan bahwa suatu kaum mengalami kekeringan yang
sangat parah. Lalu, mereka meminta kepada Nabi mereka untuk keluar
melakukan shalat istisqa. Lalu, Nabi keluar bersama umatnya. Ketika
itu, ada seokor semut yang mengangkat kepalanya ke langit berdoa kepada
Allah agar mereka diberi hujan. Lalu, Nabi berkata kepada kaumnya,
“Kalian tidak perlu berdoa. Pulanglah. Doa kalian telah dikabulkan
berkat doa semut ini.” Berdasarkan cerita ini, ada yang bertanya,
“Apakah yang berdoa irii ratu semut atau semut biasa?” Menjawab
pertanyaan ini, dapat diberi komentar bahwa semut il-il adalah
semutbiasa. ia memilild tugas untuk rajin, giat berusaha, dan
mengumpulkan makanan. Ini adalah tugasnya. Ketika ia telah mengerahkan
segala kemampuannya tanpa ada hasil, tidak mungkin ia akan kembali ke
sarangnya dengan tanpa hasil. Karena itulah, ia memohon kepada Allah
agar ía diberikan rezeki untuk menyempurnakan tugasnya. Raja semut
adalah yang terakhir merasakan lapat dan haus dibandingkan dengan
masyarakatnya.
7. Dalam ayat tersebut, kata namlah disebut secara nakirah
(indefinitif). Tujuannya untuk mengambil pelajaran berupa pengagungan.
Pada saat yang sama, nakirah bertujuan untuk membaurkan seseorang atau
seekor dalam satu komunitas yang melakukan kegiatan dengan sempuna.
Oleh karena itu, masing-masing menjadi rahasia bagi komunitasnya. lni
merupakan karakteristik semut yang tidak diketahui oleh mereka yang
menolak kebenaran atau materialis. Masyarakat semut adalah masyarakat
yang saling tolong-menolong. Semut yang paling kaya dalam masyarakatnya
merupakan semut yang mengorbankan dirinya untuk masyarakatnya.
Terkait “udkhulu masakinakum“ masuklah ke sarang-sarang kalian,
Allah Swt tidak mengatakan, “Udkhulna.” Karena, ketika Allah
menciptakannya berbicara, maka posisi semut pada saat itu sama dengan
posisi orang berakal ketika diajak bicara. Karena ucapan hanyalah untuk
orang berakal. Panggilan tersebut menyentuh hati nurani mereka, yaitu
masuklah lihatlah bagaimana ia digambarkan memiliki akal, pemahaman,
kemampuan memanggil saudaranya, memerintahkan mereka untuk berlari dari
keburukan, dan perintah masuk sarang untuk mencari perlindungan agar
tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman dan pasukannya tanpa dirasakan oleh
mereka.
Semua itu mengandung peringatan untuk membangunkan akal tentang apa
yang dianugerahkan kepada semut dari segi ketelitian, keteraturan, dan
politik. Di samping itu, ia juga memberikan gambaran keindahan
arsitektur sarang dan lubangnya. Sarang semut terletak di bawah tanah.
Di dalam sarangnya terdapat lubang-lubang, lorong-lorong, dan kamar
yang memiliki tingkatan kelas. Mengenai sarang semut ini, dapat
dijelaskan secara rinci seperti berikut. Panggilan ratu semut kepada
semut yang berada di bawah perintahnya dan proses pengumpulan mereka,
menunjukkan retorika politik dan hukum dalam menjalankan tugasnya.
Kata masakin (sarang) berbentuk kata jamak (plural). Itu menunjukkan
bahwa semut tidak terbatas hanya mengurus satu sarang. Akan tetapi, ada
jenis sarang lain yang ada di tempat lain di sekitar lingkungan itu.
Ada sarang yang dibangun di tanah dan ada yang di atas pohon, seperti
manusia membangun rumah di atas gunung.
Ketika penduduk Mesir kuno membuat ruang bawah tanah, gua-gua,
lubang-lubang, dan bangunan-bangunan di atasnya seperti piramid, kita
tidak tahu siapa yang mengajarkan mereka. Namun dengan keyakinan yang
kuat bahwa semut diberikan petunjuk oleh Allah tanpa proses belajar dan
latihan. Semut Iebih dahulu jutaan tahun lamanya menciptakan sarang
dibawah tanah dan di atas pohon sebelum manusia.
Pengungkapan sarang menggunakan kata maskan, menunjukkan ketenangan,
ketentraman, keamanan, kebahagiaan, dan kekeluargaan. Semua itu teijadi
setelah usaha yang panjang. Semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya
kemampuan sarang penampung semua kebutuhan hidup penghuninya yang
disertai dengan aturan kuat dan fitrah yang benar. Redaksi
udkhulumasakinakum “masuklah ke sarang-sarang kalian”, merupakan tanda
pentingnya perintah bagi siapa saja yang berada di jalanan untuk
menyingkir dan yang ditemukan di jalan harus disingkirkan.
Kondisi ini sama dengan orang yang sedang berjalan di tengah jalan
raya pada malam hari. Terkadang pakaiarinya gelap, sehingga tidak
terlihat oleh orang lain yang bisa menyusahkan bagi pengendara motor
untuk melihatnya. Ia berada pada posisi berbahaya. Dalam kondisi
seperti ini, ia harus menyingkir dari jalan untuk menghindari
kecelakaan.
Klausa la yahthimannakum “jangan sampai kalian diinjak”, mendorong
kita berpikir apa yang dimaksud dengan tahthim (menginjak). Apakah
menginjak jiwa, badan, atau keduanya? Lalu, mengapa kata tersebut
menggunakan kata tahthim? Al-Fakhr Al-Razi berkomentar, “Ratu semut
memerintahkan masyarakatnya untuk masuk karena takut kaunmya melakukan
maksiat.
Karena jika mereka melihat keagungan Nabi Sulaiman, bisa jadi
kaumnya kafir kepada nikmat Allah Swt. Inilah yang dimaksud oleh firman
Allah Swt, ‘Agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman.’
Oleh karena itulah, mereka diperintahkan untuk masuk agar mereka
tidak melihat nikmat Nabi Sulaiman dan tidak kafir kepada nikmat Allah
Swt. Ini merupakan pelajaran bahwa terlalu mengejar kemewahan dunia
tidak bagus.”4
Al-Qurthubi berkata dalam kitab tafsirnya, “Tidak ada istilah
menginjak atau merusak jiwa. Yang ada adalah menginjak atau merusak
hati, takut ia berkeinginan untuk mengumpulkan apa yang diberikan atau
takut terkena fitnah dunia, karena mereka sibuk melihat kekuasaan Nabi
Sulaiman dan lupa berzikir juga bertasbih kepada Allah.”5 Tidak
mengherankan ketika AlFakhr Al-Razi dan Al-Qurthubi berkomentar seperti
itu.
Ketika kita merenungkan apa yang dikatakan oleh semut, niscaya kita
akan mengerti kehebatan makhluk yang memiliki pemahaman akal dan
kehebatan bahasa itu. Melihat sistem kehidupan bermasyarakat yang
ideal, sangat mungkin apa yang dikatakan oleh semut bertujuan untuk
menginjak atau merusak kesehatan jiwa dan hati secara besar-besaran.
Dari segi ilmiah, kata ini sendiri memiliki makna ilmiah yang dalam.
Ini tidak teijadi pada kata lain. Kita mengerti bahwa rangkaian tulang
manusia berada di dalam tubuh manusia. Jika satu atau lebih tulang yang
patah, tidak sampai merusak tubuh secara keseluruhan, bahkan kerusakan
itu bisa diobati. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan kondisi semut.
Rangka semut menyelimuti semut dan luar badannya. Semut merupakan
serangga, sama seperti binatang lain yang arthropoda.6 Badannya
dilindungi oleh kulit.
Fungsi rangka ini adalah menjaga anggota tubuh dari susunan dalam
dan goncangan mekanis, sebagaimana bersambungnya otot yang bertumpu
padanya, mempengaruhi perkembangnnya, dan menggerakkannya dengan
gerakan tertentu. Rangka ini tidak hanya menutupi badan serangga dari
luar dan melindunginya semata, tetapi ia juga mengondisikan hentakan
yang terjadi secara alami dan kulit (ektoderm),7 seperti fungsi rongga
mulut, bagian depan dan belakang sistem pencernaan, kantong udara, juga
berbagai kelenjar yang terbuka di ujung kulit. Dinding badan serangga
teratur dan terbatas. Ia tidàk bisa melebar kecuali dalam waktu
tertentu dan masa yang singkat mengikuti proses berganti kulit
(moulting).8 Kulit inl berbeda-beda dari segi kekerasan dan
ketebalannya. Ada kulit yang sangat tipis, yang memberikan kemudahan
dalam bergerak.
Kulit ini berada di antara persendian badan. Terkadang pada bagian
tertentu kulit sangat tebal dan di bagian lain sangat tipis.
Kekhususannya dari segi kimia. Semut tidak tenggelam pada air atau
alkohol atau tempat lain. Ia juga tidak tenggelam pada zat asam yang
diringankan, atau alkali yang diringankan. Namun, ia bisa tenggelam
pada zat asam yang dibuat. Pada tema ini tidak dibahas terlalu dalam
mengenai rangka dan karakteristik secara kimia dan tabiatnya.
Pembahasan ini menjelaskan kepada kita bahwa rangka ini terancam
bahaya seperti ketika terkena hentakan dibawah kaki. Bisajadi serangga
itu hancur dan rusak akibat hentakan tersebut. Ketika salah satu bagian
semut terpecah, maka rusaklah semua badan dan keluarlah isinya lalu
kering dan mati. Pecah yang dimaksud di sini tidak biasa, tetapi pecah
yang berakibat pada kehancuran serangga secara keseluruhan dan
kematiannya. Oleh karena itu, kata ini dengan sendirinya menjelaskan
makna ilmiahnya secara mendalam tentang susunan badan serangga, yaitu
semut.
Apakah semut yang disebut pada ayat di atas termasuk pasukan Nabi
Sulaiman a.s.? Lalu, bagaimana ia bisa mengenal bahwa yang datang
adalah Nabi Sulaiman dan pasukannya.
Perkiraan sebagian besar orang adalah semut tersebut bukan pasukan Nabi
Sulaiman a.s. Perkiraan tersebut berdasarkan firman Allah Swt berikut:
“Dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung
lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan),” (QS Al NamI
[27]: 17).
Semut bukan termasuk dalam kelompok yang dlsebut dalam ayat
tersebut. Firman Allah Swt, “dari jin, manusia, dan burung,”
menjelaskan bahwa pasukan Nabi Sulaiman terdiri dari tiga kelompok,
yaitu kelompok jin, sebagai simbol kekuatan untuk urusan yang
tersembunyi dan gaib (ruhani); kelompok manusia, yaitu kelompok yang
menjelaskan segala perintah, menyerang musuh dan menjaga kerajaan; dan
kelompok burung, yaitu kelompok yang membawa informasi, membawa surah
kepada pemilik dan pimpinannya. Mungkin pertanyaan terbatas pada
penyebutan jin dan burung dikarenakan posisinya yang tidak lazim dalam
pasukan.
Karena itulah, tidak disebutkan kuda yang termasuk dalam pasukan.
Lalu, apakah dengan alasan seperti itu, semut juga tidak di sebutkan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Allah Swt berfirman sebagal berikut:
“Seekor semut berkata, ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarang-mu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
tanpa mereka sadari,” (QS Al-Naml [27]: 18).
Perkataan semut tersebut menunjukkan bahwa ia bukan termasuk pasukan
Nabi Sulaiman. Seandainya ia termasuk pasukan, Ia pasti masuk dalam
barisan yang lain. Akan tetapi, ia memerthtahkan pasukannya untuk masuk
ke sarang-sarangnya dan menjauh dari jalan yang dilalui oleh Nabi
Sulaiman dan pasukannya.
Ia adalah ratu yang sebenarnya dan merdeka. Nabi Sulaiman tidak
memiliki kekuasaan terhadap semut tersebut. Hanya saja, Nabi Sulaiman
mengerti bahasanya dengan izin Allah dan mengambil pelajaran dari sikap
semut, sehingga membuatnya bisa tersenyum. Lalu, bagaimana semut itu
bisa mengetahui bahwa yang akan lewat adalah Nabi Sulaiman?
Alam ini secara keseluruhan saling terkait dengan sangat sempurna. Semuanya bertasbih menyembah Allah.
Apakah dari sisi ini semut tersebut mengenal Nabi Sulairnan? Atau,
apakah jenis lain mengetahui siapa saja yang diutus Allah. Apakah semua
jenis makhluk beriman dengan semua nabi yang diutus pada zamannya?
Dalam sejarah Rasulullah Saw terdapat berbagai kisah yang
menceritakan masalah ini. Salah satu cerita sahih bukti kenabian
Rasulullah Saw adalah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir
bin Samrah yang mendengar Nabi Saw bersabda, “Saya mengetahui bahwa
batu di Mekah memberikan salam kepadaku sebelum saya diutus. Sekarang
pun saya tahu.”
Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas yang menuturkan bahwa suatu hari
malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Saw. Saat itu, Nabi duduk
dalam kondisi sedih berlumur darah lantaran dipukul penduduk Mekah.
Lalu, malaikat Jibril berkata, “Apa yang terjadi denganmu?” Rasulullah
Saw menjawab, “Seseorang telah melukal aku, lalu yang lain
mengikutinya.”
Malaikat Jibril berkata, “Apakah engkau berkenan jika àku
memperlihatkan sesuatu?” Rasulullah menjawab, “Ya, perlihatkanlah
kepadaku.” Lalu, RasuIullah melihat pohon di belakang lembah. Malaikat
Jibril berkata, “Panggillah pohon tersebut.” Lalu, Nabi memanggilnya.
Datanglah pohon tersebut sampai di depan Rasuluilah Saw.
Malaikat Jibril berkata, “Perintahkan ia supaya ia kembali ke tempat
semula.” Lalu, Nabi memerintahkannya untuk kembali. Seketika itu,
kembalilah pohon tersebut ke tempatnya semula. Rasulullah Saw lalu
berkata, “Cukuplah bagiku (akan kekuasaan Allah).”
Bukti lain kenabian adalah rintihan batang kayu. Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dari Jabir bin Abdullah r.a. yang mengatakan bahwasanya
seseorang perempuan Ansar berkata kepada Rasulullah Saw.
“Ya Rasulullah, maukah engkau jika aku membuatkan sesuatu yang bisa
engkau duduki. Saya memiliki anak yang menjadi tukang kayu.” Rasulullah
Saw menjawab, “Jika engkau berkenan.” Lalu, perempuan tersebut
membuatkan mimbar. Pada hari Jumat, Rasulullah Saw duduk di atas mimbar
tersebut. Lalu, pohon kurma yang digunakan untuk berkhutbah berteriak
hampir terbelah. Lalu, Rasulullah Saw turun dan merapatkan mimbar kayu
kembali. Lalu, perempuan tersebut tersedu sampai terdiam.
Abu Hatim Muhammad bin Hibban meriwayatkan satu informasi dari Abu
Said AlKhudhri bahwa di tengah-tengah sahabat ada seorang penggembala
yang menggembala di padang pasir. Seekor serigala memangsa domba si
penggembala. Lalu, sang penggembala mendatangi serigala tersebut untuk
mengambil kembali domba yang dimangsanya. Serigala tersebut berkata
kepada si penggembala, “Bukankah engkau bertakwa kepada Allah yang
telah memberikan rezeki ini kepadaku.” Penggembala tersebut berkata,
“Sungguh menakjubkan, seekor senigala bisa berbicara seperti manusia
berbicara.” Serigala itu berkata lagi, “Maukah aku beri tahu kamu
sesuatu yang lebih mengagumkan dari ini semua? Rasulullah Saw saat ini
sedang memberikan kabar tentang hal ini.”
Lalu, penggembala tersebut menggiring dombanya ke Madinah, lalu
menempatkannya di pinggiran kota. Lalu, ia menghadap kepada Rasulullah
Saw dan menceritakan apa yang dikatakan oleh serigala tersebut. Lalu,
Rasulullah Saw keluar dan meminta penggembala tersebut, “Beritahukan
apa yang dikatakan oleh serigala tersebut kepada orang-orang.” Lalu,
Rasulullah Saw bersabda, “Penggembala ini benar. Ketahuilah bahwa
tanda-tanda Hari Kiamat adalah binatang buas bisa berbicara seperti
manusia. Demi Zat yang jiwaku di tangannya, Hari Kiamat tidak akan
terjadi sampai binatang buas berbicara kepada manusia, seseorang bisa
berbicara dengan sandalnya dan pukulan pecutnya, serta pahanya bisa
memberitahukan kondisi keluarganya.”
Ahmad r.a. meriwayatkan satu hadis dari Abdullah bin Ja’far yang
bercerita bahwa dia suatu hari mengikuti Nabi Saw. Beliau mengatakan
kepadanya, “Aku tidak pernah memberitahukan seseorang.” Rasulullah Saw
senang menyembunyikan sesuatu yang ia tuju.
Pada suatu hari beliau masuk ke kampung kaum Ansar. Lalu, seekor
unta mendatanginya dengan mata yang terbelalak. Bahz dan Affan berkata,
“Tatkala melihat Nabi Saw, unta tersebut meringkik dan air matanya
mengalir.
Lalu, Rasulullah Saw mengusap ekornya hingga unta tersebut tenang.”
Nabi kemudian bertanya, “Unta ini milik siapa?” Lalu, seorang pemuda Ansar datang dan berkata, “Itu milikku, Rasulullah.”
Lalu, Rasulullah berkata kepadanya, “Apakah engkau bertakwa kepada
Allah sehubungan dengan binatang yang diberikan Allah kepadamu? Ia
mengadu kepada bahwa engkau tidak memberikan makanan (membuatnya lapar)
dan menyiksanya.”
Bahkan, benda padat juga bisa memiliki perasaan dan emosi. Allah Swt berfirman sebagai berikut:
“Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan
kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan
kesenangan-kesenangan yang mereka nikmati. Demikianlah Kami wariskan
semua itu kepada kaum yang lain. Lalu, langit dan bumi tidak menangisi
mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh,” (QS Al-Dukhan [44]: 25-29).
Sayyid Qutlib berkata, “Para pembangkang memenuhi dunia ini tanpa
merasa ada sesuatu baik di dunia maupun di langit. Mereka juga tidak
merasa sedih dengan apa yang ada di dunia dan di langit. Mereka hanya
menyebar fitnah. Mereka melakukan paksaan di dunia dan menginjak-injak
manusia dengan sandalnya (merendahkan martabat manusia). Mereka
bertindak tanpa ada rasa menyesal. Lalu, alam ini menghukum mereka
karena mereka memisahkan diri dari alam. Alam ini beriman kepada
Tuhannya, sementara mereka mengingkari semua itu. Mereka itu
individu-individu yang hina dan terbuang dari alam tempat mereka hidup.
Seandainya mereka merasakan apa yang mereka lakukan terhadap alam,
niscaya mereka akan menyadari penghinaannya kepada Allah dan kepada
seluruh alam ini. Mereka juga akan mengerti bahwa alam yang mereka
tempati adalah alam yang fana, karena tindakannya yang tidak dilandasi
oleh rasa keimanan.”9
Di akhirat nanti, tidak ada batas pemisah. Hanya ada satu bahasa
yang dipergunakan dan dipahami. Pada saat itu, hanya ada ilmu
keyakinan. Marilah kita renungkan firman Allah Swt berikut:
“Bahkan, mereka mendustakan Hari Kiamat dan Kami menyediakan neraka
yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan Hari Kiamat. Apabila
neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh. Mereka mendengar
kegeramannya dan suara nyalanya,” (QS A1-Furqan 1251: 11-12).
Neraka disiapkan untuk mereka yang ingkar. Mereka melihatnya dari
tempat yang paling tinggi, bahkan lebih tinggi lagi, seperti orang yang
marah ketika dadanya bengemuruh karena menahan marah.
Kata zafir sebenarnya berarti suara yang didengar dari lubang. Ini
menunjukkan kemarahan yang berhenti. Perumpamaan seperti ini juga pada
firman Allah Swt berikut:
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahanam.
Itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke
dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedangkan
neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah
lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan
(orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada
mereka, ‘Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang
pemberi peringatan?” (QS Al-Mulk (671: 6-8).
Neraka melihat dan terpengaruh oleh yang dilihatnya. Ia marah jika
melihat kaum kafir. Dan semua itu kita dapat mengambil pelajaran bahwa
benda-benda yang ada di dunia dan akhirat memiliki perasan dan emosi.
Ada yang menangis karena kekuasaan Allah di dunia. Ada yang marah
ketika melihat kaum kafir. Di akhirat marah dan mernpengaruhi jilatan
dan gemuruh suaranya karena melihat mereka. Untuk itu, kita memohon
kepada Allah agar selamat dari neraka dan menjadi ahli surga.
Kita mengetahui bahwa para kekasih Allah di alam ini saling
berhubungan. Mereka mengikuti ketentuan Allah Swt. Mereka tidak
mendengar apa yang tidak diizinkari Allah Swt untuk didengar. Mereka
tidak melihat apa yang tidak diizinkan oleh Allah untuk dilihat, tidak
memanjangkan tangan untuk sesuatu yang tidak diizinkan Allah.
Mereka tidak berjalan dengan kakinya kecuali kepada apa yang
diizinkan Allah untuknya. Mereka mencintai apa yang dicintai Allah.
Mereka tidak melindungi orang yang durhaka kepada Allah. Mereka
menolong agama Allah setiap waktu dan setiap tempat. Bahkan, jika
termasuk orang yang mencintai Allah, mereka bisa mendengar dengan
kekuasaan Allah, melihat dengan cahaya Allah.
Semua ini menegaskan bahwa hadis Rasulullah Saw itu berasal dari
Allah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang mendengar Rasulullah
Saw bensabda, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman, ‘Siapa yang memusuhi
kekasih-Ku, maka Aku izinkan ia diperangi. Sesuatu yang Aku senangi dan
hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku adalah dengan apa yang Aku
wajibkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku
dengan berbagai ibadah sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya,
maka Aku menjadi pendengaran apa yang ia dengar dan pengelihatan apa
yang ia lihat, tangan apa yang ia pukul, kaki yang ia pergunakan untuk
berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan. Jika ia
berlindung kepada-Ku, niscaya Aku akan lindungi,” (HR Al-Bukhari).
Contoh lain adalah kehebatan para sahabat Rasulullah Saw. Salah
satunya adalah Umar bin Al-Khaththab ra. Pada hari jumat, Umar bin Al
Khaththab menaiki mimbar Rasulullah. Ketika menyampaikan khutbah, Umar
bin Al-Khaththab berkata, “Wahai Sariah bin Hushn, perhatikan gunung
itu. Yang mengejar serigala adalah orang zalim.” Lalu, jamaah saling
memandang. Ali bin Abu Thalib berkata, “Dia benar. Allah-lah yang
memberinya kemampuan terkait apa yang dikatakannya.”
Ketika Umar selesai melakukan shalat, Ali bertanya kepadanya,
“Apakah yang mengganggumu ketika khutbah?” Umar menjawab, “Maksudmu
yang mana?” Ali bin Abu Thalib berkata, “Perkataanmu, ya Sariah,
perhatikan gunung itu. Siapa yang mengejar serigala, maka ia zalim.”
Umar bertanya-tanya, “Apakah benar itu dari diriku?” Ali bin Abu
Thalib menjawab, “Ya. Semua jamaah mendengarnya.” Umar bin AlKhaththab
menjawab, “Firasatku mengatakan bahwa kaum musyrikin sedang menganiaya
saudara kita. Mereka menguasai hak-haknya. Mereka berjalan di gunung.
Seandainya mereka mengadili saudara kita, niscaya mereka membunuh siapa
saja yang mereka temukan. Mereka telah menang. Seandainya mereka
melewati, niscaya mereka binasa. Lalu, keluarlah apa yang aku katakan
tadi, yang kalian semua mendengamya.”
Setelah satu bulan, ada kabar kemenangan. Diceritakan bahwa pada
hari itu mereka mendengar apa yang disampaikan oleh Umar. Ketika
melewati gunung, mereka mendengar suara seperti suara Umar bin
Al-Khaththab berkata, “Ya Sariah, perhatikan gunung itu.” Mereka
berkata, “Kami pun melawan mereka, lalu Allah memberikan kemenangan
kepada kami.”
Umar bin Al-Khaththab adalah orang yang diberikan ilham, memiliki
kekuatan nurani, sehingga jarak tidak berarti baginya. Penglihatannya
seperti bulan terang. Lalu, ia mengingatkan sahabatnya, Sariah bin
Hushn.
Ia lalu menjawabnya seakan berada di dekatnya, sampai akhirnya
kemenangan pun tercapai. Allah Swt yang memperdengarkan. Ini
sebagaimana ketika Allah memberikan kekuatan dan pemahaman kepada Nabi
Sulaiman untuk mendengar ucapan semut.
Kekuatan itu diberikan dari beberapa jarak. Allah juga yang
memperdengarkan ucapan Umar bin Al-Khaththab r.a. kepada Sariah dari
jarak yang jauh. Begitulah kemampuan orang yang beniman dengan benar.
Mereka mendengar dan melihat dengan kekuasaan Allah. Pada masa Utsman
bin Affan r.a., ada seorang laki-laki keluar. Lalu, Utsman berkata,
“Aku melihat ada tanda-tanda perzinaan di kedua matamu.” Laki-laki itu
menjawab, “Apakah itu wahyu setelah Rasulullah, Utsman?” Utsman
menjawab, “Hindarilah firasat orang yang beriman, karena ia melihat
dengan cahaya Allah.
CatatanAkhir:
1. Al-Qurthubi, Al-Jami’ Ii Ahkam Alquran, Darul Fikr, jil. 7, hIm. 158
2. Tafsir Fakhr Al-Razi, Dar Al-Fikr, jil. 12, hIm, 188.
3. Ratu semut adalah semut betina muda yang memiliki satu-satunya
tugas, yaitu menelurkan telur untuk rnenghasilkan keturunan dalam
kerajaan semut dan rayap. Bentuk Iuarnya berbeda dengan semut lain,
baik dari semut yang subur maupun semut yang mandul. Dia dibantu oleh
semut-semut pekerja dalam hal makanan dan kepemimpinan umum. Pakerja
(syaghhalat atau amilat) merupakan bentuk tunggal dari kata syaghalah
atau amilah. Pekerja terdiri dari berbagai kelompok serangga seperti
lebah, semut, lalat sapi, rayap, semut pekerja. Pekerja ini juga
termasuk kelompok serangga seperja lebah, semut, lalat sapi, rayap,
semut pekeria, betina-betina mandul. Pekerja ini melakukan semua
pekerjaan yang sesuai untuk kelangsungan hidup masyarakat. Jumlahnya
meningkat sesuai dengan jumlah masing-masing kelompok.
4. Tanduk yang berfungsi sebagai perasa (antena) adalah bagian tubuh
yang memanjang yang bergerak-gerak. Ia merupakan alat yang terbuat dari
gabungan (putus-putus). Alat ini keluar dari kepala binatang tidak
betulang, khususnya pensendian dasarnya yang menjadi perkembangan
sebagian kelompok serangga
5. Lih. Tafsir Al-Fakhr Al-Razi, Op. Cit.
6. Lih. Tafsir Al-Qurthubi, Op. Cit.
7. Arthropoda adalah kelompok binatang termasuk berbagai jenis
serangga, laba-laba, binatang berkulit keras (crustacea), dan binatang
yang memiliki banyak kaki. Ia merupakan jenis binatang yang paling
banyak. Badan binatang dibedakan dengan pembagian yang jelas dan sisi
lemah dan keras. Binatang jenis ini termasuk binatang gurun. Ia
memillki berbagai tambahan di kepala, dada, dan perut. Tambahan ini
merupakan bagian yang terpisah dari badan.
8. Ektoderm adalah kulit luar. Ia merupakan kulit bayi yang di luar
memiliki tiga tingkatan awal pada janin binatang. Atau, Ia merupakan
kulit binatang bagian paling luar Dua tingkatan yang lamnyaitu kulit
length (mezoderm) dan kulit dalam (endoderm) tumbuh ketika bayi
berkembang. Kulit luan terdiri dan janingan otot. KulIttengah terdiri
dad otot-otot, pembuluh danah, dan lain-lain. Dan, kulitbagian dalam
terdini den penis dan lambung.
9. Moulting adalah proses panting yang dialand oleh binatang tak bertulang belakang, sepertl serangga, untuk membuang kulit tuanya danmengganflnya dengan kulitbaru. Proses ini tenjadiberkali-kali selama sikhis kehidupannya. Inibertujuanuntukmembantu proses pe&embangandan penubahan dan waktu ke waktu sampai proses tersebut sempunna. Pada burung juga tenjadi proses seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar